BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kambing
merupakan salah satu ternak yang pertama kali didomestikasi atau dijinakan oleh
manusia, sampai saat ini kambing berdasarkan tujuan produksinya dibagi atas
kambing potong atau daging, kambing perah serta kambing yang diternakan untuk
diambil kulitnya (mohair).
Ternak perah
merupakan jenis ternak yang mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya
serta dapat mempertahankan produksi susu tersebut dalam waktu yang relatif lama
meskipun anaknya sudah disapih. Jenis ternak perah diantaranya kambing perah,
sapi perah, kerbau perah.
Kambing perah
merupakan salah satu ternak yang sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai
usaha ternak, karena kambing dikenal mampu memanfaatkan pakan yang rendah
nutrisinya dan relatif mampu bertahan
pada daerah yang kering selain itu susunya yang mempunyai kandungan nutrisi
lebih baik dan harganya pun relatif
lebih mahal dibanding susu sapi, dari segi ekonominya Kambing perah juga tidak
membutuhkan modal serta luasan kandang yang besar untuk memulai beternak.
Untuk
mempoduksi susu tersebut, terlebih dahulu ternak kambing harus bunting (selama lima bulan) dan melahirkan anak
kambing atau yang biasa disebut cempe. Proses kelahiran ini sangat membutuhkan perawatan dan penanganan serius agar cempe bisa selamat, setelah
kelahiran tersebut cempe perlu mendapat pemeliharaan yang khusus sampai
mencapai umur pascasapih.
1.2.Tujuan
Mahasiswa/mahasiswi
dapat mengetahui manajemen pemeliharaan anak kambing (cempe) yang baik dan
benar mulai dari penanganan saat kelahiran, perkandangan, pemberian pakan serta
manajemen kesehatannya agar cempe bisa tumbuh secara optimal sesuai tujuan
produksi yang diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Manajemen Partus (Kelahiran)
Kambing akan melahirkan setelah
usia lima bulan (150 hari) kebuntingan, ada beberapa hal yang harus disiapkan
jika hari perkiraan lahir (HPL) sudah dekat, diantaranya, handuk/kain kering,
betadine, kelapa muda.Berat badan rataan anak kambing atau cempe pada kambing
perah Peranakan Etawa adalah 3,4 Kg. Cempe yang baru lahir segera
diseka dengan handuk atau kain kering, terutama pada bagian muka/hidung. Hal ini
menjadi prioritas utama, karena anak kambing yang baru saja keluar biasanya
hidungnya terganggu/tertutup oleh lendir, yang apabila tdk segera di hilangkan
lendirnya bisa menganggu atau mempersulit si cempe untuk bernafas. Lendir dari
anak cempe dapat pengaruhi induk untuk merangsang hormon prolaktin yang berguna
untuk melepas placenta yang masih menempel.
Selama proses penjilatan awal,
kita harus waspada untuk menjaga ari-ari
induk yang bisa keluar setiap saat. Ari-ari yang keluar harus segera diambil dan
segera dibuang atau ditanam dalam tanah, agar tidak termakan oleh induk. Karena
kalau termakan oleh induk, bisa menyebabkan induk mati karena keracunan
ari-ari.
Cempe yang sudah dalam posisi
kering, bisa disiram dengan air kelapa muda, ini dimaksudkan agar induk semakin
bersemangat untuk menjilati cempe yang baru lahir. Semakin sering cempe
dijilat, maka kemungkinan cempe untuk belajar berdiri dan berjalan juga akan
semakin cepat. Waktu normal yang dibutuhka untuk berdiri cempe biasanya tidak
lebih dari 2 jam.
Kalau memungkinkan induk dan
cempe dibawa ke luar dari kandang dan biarkan beberapa saat dibawah terik
matahari. Selain bisa menghangatkan cempe, sinar matahari (terutama pagi hari)
bisa membunuh kuman/bakteri yang melekat ditubuh cempe pasca proses kelahiran. Anak
kambing yang baru lahir dapat langsung dipisahkan dengan induknya untuk mencegah
agar induk tidak stress karena kehilangan anaknya yang dapat menyebabkan produksi susu akan turun, dengan cara ini
kolostrum diberika oleh peternaknya menggunakan dot bayi. Anak kambing juga
dapat dibiarkan bersama induknya terlebihdahulu selama kurang lebih empat jam,
jadi induknya dapat menjilati anaknya dari lendir serta anak dapat langsung
minum susu kolostrum dari induknya.
2.2.
Manajemen Perkandangan Cempe
Kandang untuk kambing harus sesuai dengan ukuran/tipe
seekor ternak, atap kandang dibuat dari bahan yang menyerap panas, terhindar
dari sinar matahari langsung disertai sanitasi kandang yang baik (Tambing et
al., 2001), ringan, berventilasi baik, berdrainase baik, mudah dibersihkan
(Williamson dan Payne, 1993) dan selalu bersih agar ternak dapat terjaga
kesehatannya (Atabany, 2001).
Rataan luasan kandang per ekor kambing menurut
Devendra dan Mc Leroy (1982) untuk anakan ialah 0,3 m2. Sedangkan menurut Atabany (2001), luasan
kandang untuk anak kambing ialah 0,25 m2 per ekor. Namun ukuran ini tergantung pada jenis dan
ukuran kambing. Menurut Devendra dan Burns (1994) ada dua tipe kandang kambing
yang umum dipakai di daerah tropis yaitu kandang pada tanah dan kandang
panggung.
Peternakan kambing di Indonesia
umumnya menggunakan kandang tipe panggung. Anak kambing yang baru lahir
dapat langsung dipisahkan dengan induknya untuk mencegah agar induk tidak
stress karena kehilangan anaknya yang dapat menyebabkan produksi susu akan turun. Pemisahan antar ternak perlu dilakukan untuk mencegah
ancaman dan pelanggaran (Tomaszewska et al., 1991).
2.3.
Manajemen Pemberian Pakan Cempe
Anak kambing atau cempe umur 1
sampai 7 hari sejak kelahirannya diberi pakan susu kolostrum dari sang induk,
namun bila terjadi hal yang tidak dapat diperkirakan seperti anaknya tidak bisa
menyusu karena setelah melahirkan induknya mati, susu kolostrum dapat diganti
dengan membuat susu jolong (1-2 hari). Susu jolong dapat dibuat dari
bahan-bahan sebagai berikut:Susu sapi/ kambing / susu bubuk sebanyak 1.5 liter, satu sendok teh minyak
ikan, telur ayam satu butir serta0,5sendok makan gula pasir, pemberiannya
secara langsung (dicekok).
Anak kambing harus mengkonsumsi
susu kolostrum karena susu kolostrum mengandung zat antibodi alami dari sang
induk serta berperan sebagai pencahar
agar pencernaan anak kambing dapat terangsang dan berfungsi dengan baik atau
normal. Setelah anak kambing berumur lebih dari seminggu, susu yang diberikan
dapat berupa susu dari induknya (bukan Kolostrum) maupun diganti dengan susu
sapi, ini berkaitan
dengan alasan ekonomi (karena harga susu kambing relatif lebih mahal, maka
sebagai peternak kita memilih untuk menjualnya). Pada umur satu bulan anak
kambing atau cempe dapat mulai diberi hijauan serta konsentrat, berikut
disajikan tabel pemberian susu serta pakan per harinya untuk anak kambing atau
cempe :
Umur
(hari)
|
SusuKolostrum
(cc)
|
SusuInduk
(cc)
|
SusuSapi
(cc)
|
Rumput
(g)
|
Konsentrat
(g)
|
AmpasTahu
(g)
|
1-10
11-15
16-30
31-60
61-90
91120
|
300
|
300
400
500
|
400
500
1000
1000
|
Secukupnya
500
500
|
Secukupnya
50
100
|
Secukupnya
200
400
|
Tabel
1 Pemberian Susu dan Pakan Anak Kambing PE
Umur
(hari)
|
SusuKolostrum
(cc)
|
SusuInduk
(cc)
|
SusuSapi
(cc)
|
Susu Skim
(g)
|
Rumput
(g)
|
Konsentrat
(g)
|
1-7
8-14
15-21
22-28
29-49
50-70
71-91
92-112
|
250
|
420
375
|
375
1000
1000
1000
1000
1000
|
500
1000
1500
2000
|
50
100
150
200
|
Tabel
2 Pemberian Susu dan Pakan Anak Kambing Saanen
2.4.
Manajemen Kesehatan Cempe
Angka kematian anak kambing merupakan salah satu
sumber kerugian, kematian umumnya terutama disebabkan oleh penyakit yang muncul
akibat manajemen yang buruk. Beberapa penyakit yang menyebabkan kematian pada
anak kambing atau cempe pada umur 0-3 bulan adalah pneumonia, diare, dan
koksidiosis.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai bacteria
maupun virus, bahkan parasit (parasit paru) serta akibat reaksi alergik.
Penyakit ini sangat mudah terjadi pada anak kambing pra-sapih yang tidak
mendapat cukup kolostrum saat dilahirkan atau dipelihara dalam kandang dengan
kepadatan tinggi. Penyakit ini mudah timbul pada anak kambing pada umur sangat
muda (<35 hari) ataupun pada umur 2-3 bulan. Istilah umum pneumonia
digunakan untuk menjelaskan gangguan paru baik akibat infeksi bakteri maupun
virus dan parasit juga akibat sebab lain yang mengakibatkan pembengkakan paru
(inflamasi).
Pneumonia dapat bersifat akut (menyebabkan
sakit dan kematian dalam beberapa jam) maupun kronik. Penyakit ini sering
dipicu oleh cekaman, misalnya akibat ventilasi yang kurang baik sehingga
humiditas (kelembaban) didalam kandang tinggi. Gejala terserang pneumonia
adalah nafsu makan hilang, batuk berulang, demam, sulit bernafas, keluar cairan
dari lubang hidung. Pada kasus yang berat ternak bernafas melalui mulut yang
membuka. Jika sampai mengalami sakit di paru, ternak menunjukan tanda dengan
selalu berdiam (tidak aktif bergerak).
Pengobatan dapat dilakukan dengan suntikan
antibiotik atau preparat sulfa intravena atau intra muscular (otot) sesuai
petunjuk produser obat. Pencegahan dilakukan dengan mengurangi kepadatan
kandang, mengurangi kelembaban kandang, membuat kandang tetap kering dan
bersih. Lakukan perbaikan ventilasi kandang, tingkatkan kebersihan dan kurangi
kepadatan kandang, serta pastikan tersedia dan terjangkau pakan segar dan air
minum yang bersih didalam kandang.
Koksidiosis
disebabkan oleh parasit koksidia didalam saluran cerna
(usus). Kondisi stress akibat kepadatan kandang yang terlalu tinggi, kelembaban
tinggi dan kandang kotor memacu timbulnya koksidiosis. Koksidiosis juga
mendiring timbulnya penyakit lain seperti pneumonia. Kombinasi koksidiosis
dengan pneumonia sering berdampak fatal. yang menyebabkan diarea disertai
bercak darah.
Gejala koksidiosis ditandai dengan turunnya nafsu
makan, kotoran cair (mencret) dan berwarna kehitaman dengan disertai bercak
darah, berlendir, bobot badan turun dan bulu serta kulit terlihat kasar dan
kering. Anak kambing pra-sapih umur 3-4 minggu sangat peka terhadap gangguan
koksidia. Jika koksidiosis terjadi mewabah disuatu kandang atau peternakan
kambing perlakuan terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan sanitasi kandang
dan isolasi ternak yang terserang koksi. Kambing yang selamat dari wabah koksi
biasanya telah memiliki kekebalaqn.
Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika.
Obat sulfa sangat efektif untuk mengendalikan koksi. Obat sulfa dapat diberikan
selama 4 hari berturut-turut atau sesuai dengan petunjuk. Produser obat. Namun,
pengobatan biasanya kurang efektif apabila tidak disertai dengan sanitasi yang
baik, pengurangan kepadatan, dan memisahkan anka kambing dari kambing yang
lebih dewasa.
Diarea atau
mencret merupakan indikasi adanya
gangguan pada saluran cerna akibat bebagai penyebab baik penyakit seperi
koksidiosis maupun gangguan metabolism pakan atau kombinasi keduanya. Tanda
diarea adalah feses atau kotoran yang encer dan berwarna hijau muda atau hijau
tua, atau hijau kemerahan atau kuning kehijauan serta ternak terlihat lemah.
Penanganan diarea adalah;
·
Isolasi ternak
yang terserang mencret dan cek kondisi dan warna serta keenceran feses,
frekuensi buang kotoran. Dengan mengetahui perubahan kondisi feses/kotoran,
maka ternak lain didalam kandang yang mungkin mengalami hal yang sama dapat
diidentifikasi.
·
Jika diarea
sangat parah dan kondisi ternak memburuk langsung diberi antibiotic.
·
Sangat penting
bagi ternak untuk mendapatkan cairan. Oleh karena itu, paksa ternak
mengkonsumsi larutan garam dan gula yang dibuat dengan mencampur 1 sendok the
(10 g) garam dan 1 sendok the (10 g) gula dalam 2,5 liter air dingin yang telah
dimasak. Oralit dapat ditambahkan kedalam larutan, lalu berikan larutan
tersebut sebanyak 1/6 dari bobot tubuhnya .
BAB III
KESIMPULAN
Kambing perah merupakan
salah satu ternak yang sangat menjanjikan untuk dibudidayakan secara komersil
terutama untuk daerah di Indonesia yang mempunyai iklim tropis serta merupakan
negara berkembang. Ternak kambing yang sangat efisien dalam memanfaatkan pakan
bermutu rendah, relatif tahan terhadap penyakit dan kekeringan serta harga susu
yang lebih mahal dibanding susu sapi merupakan keuntungan yang dapat diperoleh
dalam pembudidayaan kambing perah.
Untuk menghasilkan
produksi susu, induk kambing harus bunting dan melahirkan anak kambing atau
cempe terlebih dahulu. Ternak perah merupakan tipe ternak yang mampu
memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya serta dapat mempertahankan produksi
susu tersebut dalam waktu yang relatif lama meskipun anaknya sudah disapih.
Anak kambing atau cempe
tersebut merupakan aset yang bernilai ekonomis tinggi, bila jantan dapat
dijadikan sebagai calon pemacek maupun dijual sebagai kambing potong, dan jika betina dapat
dijadikan calon indukan. Untuk itu kita harus memperhatikan manajemen
pemeliharaannya.
Mulai dari manajemen
penanganan saat partus (kelahiran), manajemen perkandangan, pemberian pakan
serta manajemen kesehatan. Hal tersebut harus dilakukan dengan sebaik mungkin,
karena cempe merupakan usia dimana anak kambing sangat rentan terhadap berbagai
penyakit, karena disebabkan sistem imun
cempe belum bekerja secara baik/normal.